Selasa, 03 Juni 2014

Read..Read..Read....

Sejak kecil aku suka baca buku. Koleksi buku sejak kecil hingga sekarang mungkin sudah mencapai ratusan buku. Mungkin bila dihitung-hitung, total uangku yang aku habiskan untuk belanja buku jauh lebih banyak daripada untuk membeli baju.

Jaman kecil aku sudah akrab dengan berbagai dongeng-dongeng seperti cinderella, snow white, little mermaid, aladin, dll, tapi aku juga mengakrabi legenda timun mas, calon arang, legenda tentang batu menangis, dsb. Orang tuaku membiasakanku untuk membaca berbagai macam cerita. Namun, aku sedikit dilarang untuk membeli komik.

Suatu ketika, kami pergi bersama teman papaku beserta keluarganya. Saat kami mampir di sebuah toko buku, anak-anak teman papa itu membeli beberapa komik, sedangkan aku dan adikku membeli buku tentang Walisongo. Om Salim, teman papa, sedikit heran kenapa anak-anak seumurku dan adikku, ketika itu aku masih sd, dan adikku masih tk, mau membaca cerita tentang Walisongo.

Banyak keuntungan yang aku dapatkan dari hobi membacaku. Ketika di sekolah dasar, aku sudah hafal sebagian besar cerita Nabi dan Rasul, sehingga aku selalu bisa mengerjakan soal-soal agama yang berhubungan dengan cerita Nabi dan Rasul. Banyak teman-teman yang memintaku untuk bercerita tentang Nabi dan Rasul. Menurut mereka, ceritaku lebih mudah diingat daripada mereka membaca di buku pelajaran.

Hobi membacaku semakin terlihat ketika aku kelas 3 sd. Ketika itu mama membelikanku seri Lima Sekawan. Awalnya memang aku kurang tertarik, karena didalam buku itu tidak ada ilustrasi gambar sama sekali, sangat berbeda dengan buku-buku yang sebelumnya aku baca. Namun mama meyakinkanku bahwa itu adalah buku yang sangat bagus. Akhirnya dengan sedikit terpaksa, aku membeli buku itu.

Dari yang awalnya kurang tertarik, semakin aku baca, imajinasiku semakin masuk dalam cerita. Lima sekawan menceritakan tentang petualangan empat saudara dan anjing mereka. Dalam imajinasiku, aku benar-benar serasa ikut dalam semua petualangan mereka. Seri Lima Sekawan yang pertama aku miliki berjudul "Menyamarkan Teman".

Aku selalu membawa buku itu kemana-mana. Bahkan aku hingga lupa makan karena terlalu asyik membaca buku itu. Tidak jarang orangtuaku memarahi karena hal itu. Aku tidak bisa menutup buku bila cerita yang aku baca belum selesai.

Suatu hari, papaku membawa pulang belasan buku seri favoritku itu. Saat itu aku seperti orang yang menemukan harta karun. Terkadang walaupun buku itu sudah selesai aku baca, aku akan membacanya kembali dari awal.

Aku teringat, ketika itu aku sudah kelas 5, aku membaca di koran tentang buku baru yang menggemparkan dunia, Harry Potter. Aku meminta pada papaku agar membelikanku buku itu. Awalnya papaku tidak mau membelikannya. Tidak lama setelah itu, aku terkena gejala Thypus dan dirawat di Rumah Sakit. Beberapa hari aku dirumah sakit, tiba-tiba papa membelikanku Buku Harry Potter. Tidak tanggung-tanggung, dua seri sekaligus dibelikannya untukku. Buku-buku itu yang membantu memberi semangat untuk cepat sembuh, supaya secepatnya aku bisa membacanya.

Aku selalu merawat buku-bukuku dengan baik. Bagiku buku rusak lebih membuatku sedih daripada kehilangan barang lainnya. Setelah aku masuk sekolah lagi, aku dan teman-temanku membuat rencana untuk menyewakan buku-buku kami. Harapan kami, agar semua teman-teman sekelas juga menjadi gemar membaca, dan juga untuk menambah uang saku kami.

Awalnya usaha kecil kami sangat maju dengan pesat. Terutama buku-buku milikku, teman-teman hingga rela mengantri untuk meminjam buku-buku itu. Buku-buku milikku pribadi hampir tidak pernah ada padaku. Selama sebulan itu, uang yang kami dapatkan cukup banyak.

Namun hal yang paling aku sesali, setelah semua buku kembali padaku, hampir semuanya rusak. Beberapa cover sobek, beberapa halaman dalamnya terlipat-lipat. Saat itu aku merasa hatiku sangat sesak. Ingin marah, tapi tidak tahu harus marah pada siapa. Beberapa teman yang kutanya selalu menjawab tidak tahu. Memang itu adalah kesalahanku. Aku kurang mengecek bila buku itu kembali padaku. Aku kira teman-temanku bisa memperlakukan buku seperti aku memperlakukan buku-bukuku.

Mungkin bagi beberapa orang, buku hanyalah lembaran kertas yang tidak penting. Namun bagiku buku itu seperti sahabatku sendiri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar